Jika harus dinoktahkan lagi dalam bentuk kata-kata, maka yang ada adalah lenguhan tak bermakna. Tapi biarlah....aku tuliskan saja.
"Mengolah Rasa" atau "Mengolah Kepala" atau "Mengolah Keduanya"?
Seperti yang telah aku pelajari dulu, dari kehidupan, dari pertikaian, dari percintaan.... Rasa berwujud Gelora...... Rasa adalah hal yang tak bisa diukurkan dengan hitungan matematis dan semua rumusan statistika. Oleh karena itu, tak mungkin ada RASA eksakta. Wujudnya lah yang membuat kita tahu sedalam apa sebuah rasa..... Bentuk-bentuk ejawantahnya lah yang kemudian membuat kita meresponnya kembali dengan rasa.
Definisi? Hanyalah sebuah usaha untuk membacanya..... Deskripsi? Hanyalah sebuah ikhtiar untuk menerkanya.....
Seperti halnya ketika misalnya kita harus memerankan seseorang tokoh dalam pertunjukan drama, kita harus "menjadi" dia...."mengubah" diri menjadi dia......."berbuat" sebagai dia...... Dengan simpati, empati, pendalaman, pengalaman, pengamatan, dan kemudian melepaskan seluruh atribut diri seolah kita adalah raga kosong yang siap dimasuki jiwa yang baru..... Rasa,,,,,logika,,,,,,,,intepretasi........manifestasi.......dan eksekusi! All in one, one in ALL....
Selalu ada bentuk keterlibatan dari semua sisi, dari semua posisi, dan semua ada dalam sebuah porsi....
We're human beings living in both spiritual and physical worlds.... Both are united.
Wisdom? You asked me about wisdom? I don't know.... every human being is wise..... they have their own wisdom.....
What I know is.... when I feel, I think..... and when I think, I feel.....
Sejauh manakah kau berbicara tentang rasa jika kau hanya mengucapkan logika? Jangan2 kau me'rasa'kan logika dan me'logika'kan rasa?
Rasa jauh dari kata pengukuran dan keterlibatan logika dalam penafsiran....rasa hanya bisa dijamah dengan rasa...Rasa tak pernah memandang apa itu kaya dan miskin, bodoh dan pintar........
Akan tetapi,,,,,, rasa tanpa logika akan lumpuh, kontrol diri akan hilang, cabai pun terasa manis, dan anjing pun akan bernyanyi
Seperti halnya bermain drama menjadi tokoh yang sangat bersedih namun tak kuasa menghentikan tangisnya pada saat pertunjukan selesai dan tak mampu kembali menjadi diri sendiri.............
Namun benar, aku memang mengagungkan rasa....karena dengan rasa, aku merasa menjadi sebenar manusia...... Aku hanya ingin berada pada 'porsi' sederhana....aku tak bisa dan tak mau menilai orang karena otaknya saja, karena gaya hidupnya, karena materinya, karena trah-nya, karena religi-nya, karena dia bisa menguasai segalanya.,,,,
Aku lebih mencintai jiwa2 yang indah, yang selalu menyenandungkan kerendahan hati tak terkira......
di bawah jembatan kumuh mereka menyanyikan kebersihan hati, di balik kemiskinan materi mereka menebarkan kekayaan senyum keikhlasan......
Keangkuhan akan rasa hanya akan menghancurkan.......apalagi jika dibumbui kesombongan logika yang tak terkendali, semua menjadi binasa....
Biarkan burung terus mengepakkan sayapnya,,,,,,, dan jangan paksa ayam untuk terbang karena sebenarnya dia telah mampu mengepakkan arti dan makna hidupnya.....
"Mengolah Rasa" atau "Mengolah Kepala" atau "Mengolah Keduanya"?
Seperti yang telah aku pelajari dulu, dari kehidupan, dari pertikaian, dari percintaan.... Rasa berwujud Gelora...... Rasa adalah hal yang tak bisa diukurkan dengan hitungan matematis dan semua rumusan statistika. Oleh karena itu, tak mungkin ada RASA eksakta. Wujudnya lah yang membuat kita tahu sedalam apa sebuah rasa..... Bentuk-bentuk ejawantahnya lah yang kemudian membuat kita meresponnya kembali dengan rasa.
Definisi? Hanyalah sebuah usaha untuk membacanya..... Deskripsi? Hanyalah sebuah ikhtiar untuk menerkanya.....
Seperti halnya ketika misalnya kita harus memerankan seseorang tokoh dalam pertunjukan drama, kita harus "menjadi" dia...."mengubah" diri menjadi dia......."berbuat" sebagai dia...... Dengan simpati, empati, pendalaman, pengalaman, pengamatan, dan kemudian melepaskan seluruh atribut diri seolah kita adalah raga kosong yang siap dimasuki jiwa yang baru..... Rasa,,,,,logika,,,,,,,,intepretasi........manifestasi.......dan eksekusi! All in one, one in ALL....
Selalu ada bentuk keterlibatan dari semua sisi, dari semua posisi, dan semua ada dalam sebuah porsi....
We're human beings living in both spiritual and physical worlds.... Both are united.
Wisdom? You asked me about wisdom? I don't know.... every human being is wise..... they have their own wisdom.....
What I know is.... when I feel, I think..... and when I think, I feel.....
Sejauh manakah kau berbicara tentang rasa jika kau hanya mengucapkan logika? Jangan2 kau me'rasa'kan logika dan me'logika'kan rasa?
Rasa jauh dari kata pengukuran dan keterlibatan logika dalam penafsiran....rasa hanya bisa dijamah dengan rasa...Rasa tak pernah memandang apa itu kaya dan miskin, bodoh dan pintar........
Akan tetapi,,,,,, rasa tanpa logika akan lumpuh, kontrol diri akan hilang, cabai pun terasa manis, dan anjing pun akan bernyanyi
Seperti halnya bermain drama menjadi tokoh yang sangat bersedih namun tak kuasa menghentikan tangisnya pada saat pertunjukan selesai dan tak mampu kembali menjadi diri sendiri.............
Namun benar, aku memang mengagungkan rasa....karena dengan rasa, aku merasa menjadi sebenar manusia...... Aku hanya ingin berada pada 'porsi' sederhana....aku tak bisa dan tak mau menilai orang karena otaknya saja, karena gaya hidupnya, karena materinya, karena trah-nya, karena religi-nya, karena dia bisa menguasai segalanya.,,,,
Aku lebih mencintai jiwa2 yang indah, yang selalu menyenandungkan kerendahan hati tak terkira......
di bawah jembatan kumuh mereka menyanyikan kebersihan hati, di balik kemiskinan materi mereka menebarkan kekayaan senyum keikhlasan......
Keangkuhan akan rasa hanya akan menghancurkan.......apalagi jika dibumbui kesombongan logika yang tak terkendali, semua menjadi binasa....
Biarkan burung terus mengepakkan sayapnya,,,,,,, dan jangan paksa ayam untuk terbang karena sebenarnya dia telah mampu mengepakkan arti dan makna hidupnya.....